Sisi Apatis yang Tak Terasa

Muhammad Amirul Ihsan
3 min readFeb 22, 2024

--

Akan kuceritakan hal menarik tentang percakapan ayah saya dengan saya sendiri. Saat itu, aku sedang men-scroll Instagram di dalam kamar. Tiba-tiba lampu kamarku mati tak memberi aba-aba. Aku terdiam juga berpikir “paling mati bentar”.

Aku pun tetap melanjutkan aktivitas scroll Instagram lagi. Ternyata tebakanku benar. Selang beberapa detik-pun lampu langsung menyala tanpa berkabar. Akan tetapi, setelah beberapa detik-pun lampu mati lagi. “Ini kenapa dah” ucap diriku sendirian. Tetap tidak peduli, aku tetap melanjutkan main HP walau kejadian tersebut berulang kali.

Aku tetap diam karena posisinya saat itu masih siang dan tak banyak berefek apa-apa terhadap diriku kala itu (hanya sedikit panas karena AC mati).

Tiba-tiba terdengar teriakan dari lantai 1 di rumahku. Suaranya terdengar seperti orang marah yang sepertinya punya dendam sendiri. Pintu kamar terbuka dan telah berdiri di hadapan saya orang yang amat saya kenal yaitu Ayah saya sendiri. “Kenapa Ayah?” ucap saya dengan polos dengan membenarkan posisi tidurku menjadi berdiri. Ayah maju dan berteriak didepan mukaku persis.

“Ayah daritadi ngasih kode lewat mati nyalain lampu untuk bukain pintu, kamu ga sadar sama sekali apa daritadi mati nyala lampu tiba-tiba. Ga pengen liat gitu ada apaan di bawah, malah asik main HP terus. DASAR APATIS!!!!”. Teriakan itu sungguh mengagetkan diri saya.

Bagaimana aku tidak kaget? Hal itu benar-benar membuat diriku mematung terdiam dan segera melepaskan HP jauh jauh. Aku shock dengan perkataan Ayahku terutama kata terakhir yang dilontarkan kepada saya. Gerangan apa yang terjadi sehingga hal ini bisa terjadi.

Sungguh betapa bodohnya diriku.

Aku tak mengetahui bahwa Ayahku sudah menunggu selama 30 menit di luar rumah lepas pulang dari masjid. Sebelumnya memang kami berangkat bersama pergi ke masjid, tetapi aku pulang duluan ke rumah dan refleks untuk mengunci pintu.

Ketika Ayah sesampai dirumah, tentu saja dia mendapati pintu rumah yang terkunci dari luar. Gedoran-gedoran pun dilakukan dengan berharap anaknya dapat membukakan pintu.

Sayangnya, justru yang diharapkan masih asik dalam “dunianya” sendiri. Ini merupakan sebab Ayahku mengotak-atik saklar rumah. Pantas saja marah besar. Dia tak habis pikir anaknya sangat tidak peduli tentang hal itu. Aku pun kalau di posisi seperti itu, sudah kuhabisi.

Kemudian saya pun merenung bagaimana bisa hal seperti tadi terjadi.

Mungkin di mata anda cerita ini sangatlah konyol, tetapi ini sungguh menyentuh hati saya.

Mengapa demikian? Jujur sejak SMP hingga SMA, aku adalah seorang yang sangat aktif berkontribusi untuk hal-hal di sekeliling lingkungan hidup. Hal itu aku buktikan lewat bergabungnya diriku dalam beberapa organisasi dan kepanitiaan. Dimulai dari OSIS, MPK, acara social, dan acara-acara lain yang membuat saya fokus hanya kepada pencapaian organisasi, lupa sama diri sendiri. Begitu juga dengan kegiatan kuliah semester 1 kemarin yang kuiisi dengan beberapa organisasi dan kepanitiaan.

Dengan demikian, saya bingung mengapa diriku disebut apatis? Padahal anaknya telah berusaha untuk cenderung menarik diri di dalam organisasi agar peduli dengan lingkungan sekitar.

Saya kebingungan akan keapatisan diri saya yang terjadi saat itu. Saya tahu bahwa hal itu terjadi karena saya memang tidak peduli dengan kondisi mati lampu. Saya merasa kondisi mati lampu tidak berpengaruh apa-apa pada diri saya sehingga saya melanjutkan aktifitas.

“Tidak berpengaruh apa-apa” itulah yang menjadi masalah.

Saya masih kurang peka dalam melihat kondisi yang tidak berhubungan langsung dengan saya. Saat ini, berapa lama waktu yang kita telah habiskan untuk asyik dalam dunia sendiri. Kita tetap saja sibuk di depan layar gawai kita, memperhatikan semua urusan kita selesai.

Sedangkan diluar sana ada orang-orang yang berteriak dengan lantang, bersuara dengan menggelegar, memberi kode kepada kita untuk peduli akan kesulitan yang mereka (atau itu masalah yang kita) miliki. Namun, karena dampaknya tak terasa secara langsung dalam hidup kita, kelalaian terjadi secara langsung maupun tidak.

Hati-hati Kawan!

Jangan-jangan apatis itu ada dan sedang bersemayan dalam diri kita. Akan tetapi, mungkin saja sering tak terasa oleh kita selama ini.

Terima kasih sudah membaca tulisan ini! Jika anda tertarik untuk membahas hal-hal lebih lanjut mengenai tulisan ini, anda bisa hubungi saya lewat DM Instagram saya @mirulihsan.

--

--

Muhammad Amirul Ihsan
Muhammad Amirul Ihsan

Written by Muhammad Amirul Ihsan

Pemimpi yang bingung mencari cara terbaik mewujudkan mimpi-mimpinya

No responses yet